Uncategorized

24 April 2017, Matagalpa to Granada

Rencana hari ini adalah meneruskan perjalanan ke Granada.

Kita mampir ke kantor pos karena ada buku bokap gw yang harus dikirim ke temennya di US. Kalo ngirim dari Indonesia mahal aja, surat ke Singapore aja 100 ribu ongkosnya, apalagi ngirim buku ke Amrik. Jadi gw pikir ngirim dari San Francisco pas gw transit pasti jaoh lebih murah. Nyampe kantor pos di SFO, ternyata kantor posnya udah keburu tutup, pas di Leon kantor pos nya lagi di relokasi. Jadi buku nya gw bawa2 terus di backpack gw (sampe amplop coklatnya lecek2) menunggu kesempatan di pos-in. Karena hari ini nyantai, gw sempet nemuin kantor pos di Matagalpa. Kantor posnya sederhana banget. Ongkos kirim dari Matagalpa ke North America cukup murah, 50 NIO (Nicaraguan Cordoba), setara ama 1 USD lebih dikit. Yang agak lucu, perangko nya terbitan taon 1986. Mungkin ngabisin stok, karena gak terlalu banyak lagi orang pakai perangko di jaman now ini.

2017, Nicaragua, Matagalpa. Matagalpa post office.
2017, Nicaragua, Matagalpa. A humble post office
2017, Nicaragua, Matagalpa. Stamps made in 1986

Kita mampir makan siang di tempat makan lokal. Ada menu paket, yaitu ayam, menu karbo, dan satu jenis salad. Gw pilih salad alpukat! Alpukat disini lumayan murah. Gw ditawarin 1 macam karbohidrat lagi sih (boleh pilih nasi / plaintain (pisang ijo) / tortilla / kentang goreng / puree kentang), tapi gw udah berasa lebih dari cukup dengan puree kentang nya. Kalo di Indonesia, sambel Tabasco cuman ada di resto2 tertentu aja, tapi di negara2 Amerika Latin sini, merk Tabasco itu hanya satu dari sekian banyak merk cabe yg di cuka-in. Di supermarket bisa di temuin macem2 merk. Merk yang paling murah pun rasanya sama dengan merk Tabasco. Di semua tempat makan, sambel yg dipake adalah cabe yg di beri cuka, layak nya Tabasco.

2017, Nicaragua, Matagalpa. Common lunch menu with typical chilli sauce

Jadi dari Matagalpa kita musti ambil bus (expresso, gak terlalu banyak berhenti) ke Masaya dulu (2.5 – 3 jam). Trus ambil bus lain (ordinario), dari Masaya ke Granada. Kalo langsung, bisa aja naek shuttle ato taxi (2.5 jam), tapi kita lebih milih transportasi publik yang lebih seru dan original. hehehe .. Walopun bus nya penuh, kita tetep naik, karena bus berikutnya ke Masaya bakal beberapa jam lagi. Backpack2 kita di taro di tempat bagasi di atap bus. Gw udah pesen ke kernet bus bahwa kita mau turun di Masaya, untuk ambil bis ke Granada. Pas orang2 turun di  Masaya, kita pun ikutan turun. Kernet nya dengan lincah naik ke atap, ngambil backpack kita trus ngelempar nya turun.  Bus berikut nya ke Granada cukup sering (frequent) dan gak terlalu penuh.

2017, Nicaragua, Matagalpa. Me in chicken bus to Masaya

Sampai di Granada udah agak sore. Setelah agak muter2 nyari lokasi hostel, akhir nya kita check in di hostel dan keluar lagi untuk nyari .. coca cola! Granada gerah. Lokasi hostel nya cukup baik, cuman sekitar 200 meter dari Parque Central. Di Parque Central lampu2 udah mulai di nyalain. Keren banget. Jalan nya dari conblok gitu, ala kolonial. Bangunan nya gede2 dan keren2. Termasuk juga Le Catedral de Granada yg terkenal. Di depan gereja ada taman dan cafe2 taman dimana gw beli Fanta ungu (karena gak ada coca cola). Sekitar Parque Central juga banyak kafe2 besar/kecil yang keren. Hotel2 juga gak kalah keren nya.

2017, Nicaragua, Matagalpa. Parque Central cafe from where I got my bottle of purple Fanta drink.
2017, Nicaragua, Matagalpa. The famous Le Catedral de Granada
2017, Nicaragua, Granada. Several houses turn into a high-end restaurant
2017, Nicaragua, Granada. Cafe with narrow terrace in front of Granada Cathedral
2017, Nicaragua, Granada. Cafe menu.
2017, Nicaragua, Granada. People in Parque Central

Sore2 gitu banyak orang lokal pada duduk2 santai di Parque Central. Bener2 keliatan gak ada beban hidup orang2 ini. Pemandangan lain yang juga sangat familiar adalah orang lokal yang duduk di teras mereka yg sempit dengan pake kursi goyang. Karena teras pendek dan cuaca hangat yg mendukung, kebanyakan cafe ato restoran menggunakan sebagian jalan untuk meja/kursi pengunjung.

2017, Nicaragua, Granada. Locals in rocking chair.
2017, Nicaragua, Granada. Warm weather in Granada.
2017, Nicaragua, Granada. Mango tree with hundreds of mini mangoes

Jalan lebih jauh lewat Calle La Libertad ke arah timur, kita lihat gereja Guadalupe yang antik juga, pas di hook gitu. Gw demen lihat gereja ini karena menara nya yang kayak menara kastil. Jalan lurus terus ke timur, ketemu deh danau Cocibolca alias Danau Nicaragua.

2017, Nicaragua, Granada. Igelsias de Guadalupe after dark.

Dari luar, rumah di Nicaragua (dan kebanyakan rumah di negara Amerika Latin yg gw kunjungi) keliatan seragam / sama semua, cuma dinding dan satu pintu yang besar. Tetangga sebelah pun demikian : dinding biasa dan satu pintu. Kalau masuk terus sampai kebelakang, biasanya ada pintu belakang dan dibelakang nya ada pelataran yang di share bareng2 dengan tetangga2 kiri kanan. Kadang di tengah2 nya ada air mancur nya, ditanami pepohonan atau hanya sekedar tanah ber-conblok aja. Kalau dilihat dari atas, pada umumnya satu blok bangunan rumah2 itu berbentuk O atau U, terdiri atas banyak rumah (bisa 10, 12, etc, tergantung seberapa besar blok rumah nya.

2017, Nicaragua, Granada. Nicaraguan’s typical house building. A building comprises many houses with sharing courtyard in the middle. Taken from https://www.viaventure.com/itineraries/itinerary-two/

Kita makan malam di salah satu tempat makan yang menghadap ke courtyard, dengan air mancur di tengah2 nya. Kebetulan semua rumah disitu udah disulap jadi cafe / rumah makan, jadi pas kita masuk ke pintu utama, kita langsung di sambut ama waitres2 yang bawa kartu menu dari masing2 rumah makan.

2017, Nicaragua, Granada. Nicaraguan’s typical house building. Waitresses with menu cards in the main entrance
2017, Nicaragua, Granada. Restaurants and cafes share the same courtyard.