Besokannya kita ke Hervideros de San Jacinto. Ini mirip kayak kawasan kawah Sikidang di dataran tinggi Dieng. Gak ada kawah di San Jacinto, yang ada cuman di tanah yang datar dimana kita melihat lumpur panas meletup-letup dan gas atau asap yang berwarna putih pekat yg keluar dari tanah. Dibanding ama kawah Sikidang sih, Hervideros de San Jacinto gak ada apa2nya. Dari sana bisa kelihatan volcano St. Clara. Seperti di daerah kawah lainnya, orang lokal juga membuat kerajinan tangan dari lumpur vulkanik yg ada, biasanya dijadikan vas, asbak, ato hiasan2 lain. Tanah lumpur vulkanik disini warnanya agak kemerah2an.
Konsumsi coca cola seharga $2 (mahal ajaaa ..) juga gw catet disini. Soale cuaca panas dan kering. Apalagi ditambah hawa panas dari uap yg muncul dari tanah. Nicaragua punya mata uang sendiri yaitu Cordoba C$, tapi USD di terima luas disini.
Dari Leon gampang nyari bus ke arah San Jacinto – Malpaisillo karena busnya ngetem di terminal. Tapi pas baliknya, kita hampir 2 jam nunggu bus ke arah Leon. Jadi pas ada bus yg lewat, orang2 yg udah nunggu di halte satu jam lebih, semua nya pengen naik ke bus yang pada hakekatnya udah penuh. Seru kan? Panas2, desak2an di bus, diantara udara kering berdebu. Gak heran, wanita2 disini, gemuk, kurus, muda, tua, sangat tua sekalipun, pake bajunya model tank top.
Malpaisillo dilafalkan Malpaisiyo, karena double l (“ll”) di baca sebagai “y”. Jadi Kalo gw lafalkan “tortilla”, orang berbahasa Spanish pasti gak ngerti apa yg maksud. Tapi kalo mereka denger gw bilang “tortiya”, nah langsung deh gw disodorin corn flatbread alias tortilla.
San Jacinto di lafalkan sebagai “San Hasinto”, seperti juga Jalapeno di lafalkan “halapenyo”.